Senandika #3 Ego
PoV Tuan
Kita adalah dua orang yang pernah memaksa untuk menapaki jalan yang sama, padahal kita masing-masing sadar bahwa kita memiliki banyak perbedaan yang tidak mungkin bisa disatukan. Kamu memintaku untuk meniti hari dengan caramu sendiri. Aku mencintaimu, jadi kulakukan saja seperti maumu karena aku pikir seiring berjalannya waktu, kamu akan berubah, kamu akan mendengarkanku suatu saat nanti.
Aku mencintaimu dengan sungguh dan barangkali selama ini kamu tak pernah sungguh-sungguh mencintaiku. Barangkali, kata-kata cinta yang kamu agung-agungkan hanyalah topeng dari egomu sendiri.
Kamu merasa, seseorang yang mencintaimu adalah milikmu seutuhnya. Orang itu harus mendengarkan dan melakukan segala perkataanmu hanya karena dia mencintaimu. Barangkali kamu lupa, dia juga memiliki bagian hidupnya yang harus dihabiskan dengan orang-orang yang dia sayang.
Orang yang dia cintai dan dia sayangi bukan kamu sendiri saja. Dia memang mencintaimu dengan sangat, tetapi ada beberapa orang yang juga ia sayangi dengan sepenuh hati. Keluarga. Sahabat karib. Katamu, kamu mencintaiku, tetapi cinta seharusnya tak seperti ini. Cinta seharusnya tak mengekang seseorang yang dicinta.
Banyaknya perbedaan seharusnya bisa membuat kita saling melengkapkan, saling menutupi setiap celah yang terjadi. Namun, kita sudah saling bertolak belakang. Aku ingin membenah hubungan kita dengan banyak hal-hal yang indah, sementara kamu tak pernah benar-benar peduli dengan hubungan ini dan hanya mementingkan egomu sendiri.
Bagaimana bisa aku bertahan, kalau kamu tak pernah ingin bersama berjuang dan hanya membiarkan aku membenah sendirian.
Katanya, pertengkaran adalah bumbu-bumbu penyedap dalam suatu hubungan. Kita pernah beberapa kali bertengkar hanya karena hal-hal kecil yang tak sesuai dengan maumu. Pernahkah sekali saja kau mendengar perkataanku seperti aku yang berkali-kali mengikuti kemauanmu? Tidak, kamu sama sekali tak pernah mendengarkanku.
Sungguh, aku tak ingin meletakkan diriku sebagai korban egomu dalam hubungan ini, karena aku mencintaimu. Namun, aku ingin kita sama-sama melangkah bersisian, bukan kamu di belakangku dan juga bukan aku di belakangmu. Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi tidak membuat hubungan kita terjalin akur, hanya menambah hubungan yang telah dibangun meretak dan hancur.
Pertengkaran hanya membuat hubungan kita menjadi semakin cacat, karena hanya kamu yang merasakan bahagia, sementara aku tidak.
Aku hanya mencintai sendirian, kamu tetap saja tak bisa menahan egomu dalam jalinan hubungan. Aku mencintaimu tetapi kamu tidak bisa melihat kesungguhan cintaku. Kamu tidak pernah menyelami hatiku atau sekadar bertanya-tanya bahwa perlakuanmu menciptakan luka di hatiku. Aku seperti tempat yang hanya dijadikan persinggahan olehmu.
Kamu pernah berkata bahwa aku adalah tempatmu bergantung dalam segala hal dan kamu tidak bisa melakukan apapun jika tanpa aku. Namun, kamu bukan sekadar bergantung kepadaku, kamu juga dengan tega membiarkan kaki dan tanganku buntung karena keegoisanmu itu.
Hubungan kita sudah timpang. Tak peduli berapa lama dan berapa banyak aku mencoba memperbaikinya, semua hanya akan sia-sia sebab kamu tak mau membantuku merawat dan menjaga hubungan yang telah tercipta Langkah-langkah dalam perjalanan hanya akan terasa semakin menyakitkan bagiku. Hubungan ini sudah tak bisa dipertahankan.
Tiba saatnya harus diakhiri karena hanya akan menyakiti diri jika terus dilanjutkan.
Tiba saatnya aku harus mengakali jalanku sendiri. Aku tak bisa bertahan jika hanya aku yang sendirian berjuang dalam hubungan ini. Aku tak pernah bisa mengenggam tanganmu untuk melangkah bersisian, kamu selalu memasangkan rantai egomu di tanganku dan menariknya agar aku melangkah di belakangmu.
Sudahlah, ini sudah lebih dari kata cukup, aku tak bisa lagi berjalan di jalan yang sama denganmu. Cinta yang kubangun sendirian hanya akan menimpa diriku sendiri hingga hancur luluh.
Aku menyerah, kamu tak pernah mau memahamiku yang rela berdarah-darah demi hubungan ini. Kamu tidak pernah ingin ikut andil demi mempertahankan hubungan. Aku mencintaimu, namun aku harus menyayangi diriku sendiri lebih dari siapapun. Semoga kamu berubah di dalam perjalananmu dengan seseorang yang baru nanti, agar tak ada lagi yang memilih pergi karena merasa berjuang sendiri.
***
Komentar
Posting Komentar