Aku Ada


PoV tuan

Aku ingin menghabiskan seluruh waktuku bersamamu. Aku ingin menatapmu berlama-lama dengan jarak kita yang begitu dekat. Aku ingin menapak di jalan yang sama denganmu, saling menggenggam tangan dan melangkah beriringan. Aku ingin melakukan segala yang menyenangkan bersamamu seandainya aku bisa. Seandainya aku boleh bersamamu. Seandainya kamu juga mempunyai keinginan yang sama denganku. 

Namun kenyataannya, hanya aku yang memandangmu berlama-lama sendirian, sedangkan kamu tak pernah membalas tatapanku. Hanya aku yang ingin menghabiskan waktuku bersamamu. Hanya aku yang berharap bisa berjalan menyusuri jalan yang sama denganmu, sedangkan kamu sama sekali tak pernah mengajakku untuk menapaki jalan yang sama.

Kamu masih saja terpaku pada dia yang sudah lama menghela langkah. Bertahun-tahun. Kamu terlalu asyik menonton semua kenangan yang kamu putar di pikiranmu. Kenangan bersama dia. Kamu seakan-akan tidak pernah mau berhenti untuk tidak melakukannya. 

Cobalah sesekali pandangi orang yang ada di sampingmu sekarang. Ada aku yang selalu menemanimu dan bahkan aku yang lebih memedulikan kesehatanmu daripada dirimu sendiri. Kenangan tak seharusnya diingat dengan melupakan hidup yang sedang berlangsung. Kenangan bersamanya harus kamu ingat dengan bahagia, bukan dengan tetesan air mata.

Tak maukah kamu memandangku sebentar saja? Aku tak menyuruhmu harus berhenti mengundang kenang di pikiranmu saat kamu harus melihatku. Aku tak akan seegois itu, mengekang kenangan yang sudah terlalu lama menetap dan mendarah di hatimu. 

Aku hanya ingin kamu tahu bahwa ada seseorang yang sedang menunggumu di sini. Ada seseorang yang selalu merapalkan harap agar kamu baik-baik saja dengan semua yang telah terjadi. Ada seseorang yang selalu memikirkan kamu, dan bahkan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menemanimu. 

Ada seseorang di sampingmu yang tidak pernah bosan ingin membuatmu tertawa atau sekadar mengukir secarik senyum di wajah. Ada seseorang yang selalu memperhatikanmu. Bertahun-tahun. Seseorang itu adalah aku yang selalu sabar menunggumu kembali dari dunia yang kamu ciptakan sendiri bersama dia yang telah pergi.

Barangkali kenangan-kenangan yang telah tercipta bersama dia adalah kenangan-kenangan yang amat berkesan di hidupmu. Barangkali dengan terus membawa dirimu sendiri ke dalam arus kenangan itu dapat membuatmu kembali merasakan kehadirannya, merasakan sentuhannya dan mendengar suaranya. Berhentilah, kamu tak perlu sejauh itu. Kamu hanya akan menyiksa dirimu sendiri. 

Lalu, apakah kamu pikir dia akan bahagia jika kamu terus menerus menyeret dirimu ke dalam kenangan bersamanya, sampai-sampai kamu tidak memedulikan sekelilingmu lagi? Percayalah, kamu hanya akan membuatnya sedih apabila kamu tidak mau lagi melanjutkan perjalanan hidup. Kamu hanya akan membuatnya tidak tenang karena kepergiannya selalu kamu lepaskan dengan gugu dan penyesalan-penyesalan. 

Dia pergi bukanlah karena keinginannya sendiri. Dia pergi karena waktunya yang sudah tiba yang mengharuskan dia berpisah dengan kamu. Bahkan bukan dengan kamu saja, dia harus berpisah dengan teman, sahabat, keluarga, dan dengan semua orang. Dengan dunia.

Apakah kamu pikir aku juga tidak merasakan sakit dengan kepergiannya? Barangkali kamu tidak pernah tahu tentang hal ini. Kami menghabiskan banyak waktu bersama, bahkan sejak kami masih berumur hitungan tahun. Kami selalu melakukan banyak hal bersama-sama. Bermain. Sekolah di tempat yang sama. Menghabiskan waktu bersama-sama. Aku juga merasakan sakit karena harus kehilangan seorang sahabat yang bahkan boleh jadi dia lebih mengerti diriku daripada keluargaku sendiri.

Aku juga merasakan sakit setelah mendengar kabar yang tiba-tiba menyesakkan dada itu. Aku juga merasa bersalah karena kami tidak lagi bersama-sama beberapa tahun ini karena harus menapaki jalan masing-masing demi mencapai segala impian yang sudah kami rencanakan. Dia tahu segala impianku. Aku juga tahu segala mimpi-mimpinya. Kami bahkan sudah mengatur waktu untuk menghela temu beberapa tahun lalu. 

Namun, Tuhan memiliki rencana lain yang bahkan tidak bisa diketahui dan dihentikan oleh siapapun. Aku bahkan belum sempat melihat wajahnya yang selalu membuat senyum yang menular itu. Aku bahkan belum sempat mengulang canda tawa dan hal-hal konyol yang pernah kami lakukan. Ketahuilah, aku juga merasakan sakit. Aku juga merasakan kehilangan. Namun, aku menyembunyikannya demi ketenangan dia, dan demi menyemangatimu untuk tetap melanjutkan hidup.

Aku ingin kamu segera membuka matamu dan bangun dari segala kenangan yang menyesakkanbersama dia. Aku ingin kamu kembali memperhatikan keadaan sekelilingmu,merasakan hidup sebagaimana mestinya hidup. Aku ingin kamu memerhatikan dirimu seperti sebelum-sebelumnya. Aku ingin kamu bangkit setelah sekian lama kamu memilih terpuruk di dalam kesedihan yang amat panjang. 

Aku ingin kamu melihatku, sekali saja. Sebentar saja. Seperti aku yang telah melihatmu berkali-kali. 

Aku tidak ingin kamu merasakan kehilangan ini lebih lama lagi.Aku ingin membantumu mengatur langkah baru, dan mari kita melangkah bersama-sama. Aku ingin membuat sahabatku yang telah pergi bahagia, karena aku akan menepati janjiku untuk membuatmu tak lagi mengenangnya dengan duka, tetapi dengan bahagia. 

Aku ingin kamu menyadari kehadiranku dan mulai melihatku. Aku ingin kamu menganggapku ada saat kamu membutuhkan seseorang untuk berbagi kenangan. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa memberikan pundakku untuk tempatmu bersandar dari segala kesedihan, meskipun aku tahu tak akan ada yang lebih baik bagimu selain dia yang telah pergi. 

Kamu, cepatlah kembali dari segala kenangan yang membawa kesedihan. Mari kita mengenangnya bersama-sama dengan mengundang banyak kebahagiaan.

Gambar: pixabay.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandika #2 Sembunyi Tetes