Kalau Aku Tak Lagi Ada di Hari Esok


Pov Tuan

Kalau aku tak lagi ada di hari besok, jangan mencariku lagi di sudut-sudut hari. Sebab, aku sudah terlalu jauh melangkah, dan kamu hanya sebagai tempatku untuk singgah. Aku sudah kembali sebagaimana seharusnya kembali. Menangisi kepergianku tak akan membuatku datang dan merentangkan lengan untuk memelukmu lagi. Meratapi kepergianku hanya akan membuat langkah-langkahku semakin tertatih. Kalau kamu benar-benar mencintaiku, jangan pernah menyesali kepergianku. Biarkan aku melangkah, senyummu harus tetap merekah. Suatu saat nanti jika Tuhan mengijinkan, kita akan bisa bertemu melepaskan segala rindu.

Kalau aku tak lagi ada di hari besok, jangan terlalu sering mengunjungi tempat-tempat yang pernah kita habiskan bersama. Aku tak akan pernah datang, tak peduli bagaimanapun hatimu sibuk meyakinkan dirimu sendiri bahwa aku akan kembali. Berhentilah menyiksa dirimu sendiri dengan ketidakrelaan. Aku sudah melangkah pergi ke kehidupan yang sebenar-benarnya. Jangan menghabiskan sebagian waktumu untuk mengenang dengan segala penyesalan. Tak ada yang perlu disesalkan. Aku hanya sedang mengalami apa yang harus manusia alami, pun kamu suatu saat nanti juga akan melangkah. Aku hanya pergi lebih cepat. Hidupmu masih teramat panjang, isilah dengan banyak kebahagiaan. Kamu harus bisa bahagia meski tanpa ada aku di lagi di sisimu.

Kalau aku tak lagi ada di hari besok, jangan mengurungi dirimu sendiri ke dalam penjara-penjara hari. Jangan menghabiskan banyak waktu di tempat tidur hanya karena kamu tidak tahu lagi bagaimana cara meniti hari. Bagaimanapun lantangnya kamu memintaku untuk kembali, aku tak akan bisa kembali. Aku takkan bisa lagi memenuhi segala keinginanmu bahkan sekadar merangkul bahumu saja aku sudah tak bisa. Jangan memintal harap bahwa aku akan datang menemani malam-malammu yang terasa amat panjang. Bangunlah dari keterpurukanmu atas kehilangan diriku. Hidupmu harus dijalani dengan banyak keceriaan seperti saat aku masih ada.

Kalau aku tak lagi ada di hari esok, jangan menjadikan cerita-cerita bahagia kita sebagai alasanmu untuk menangis. Kenangan-kenangan bahagia diciptakan agar suatu saat nanti kamu tetap bisa mengenangnya dengan senyum yang terkulum, bukan dengan isak tangis yang mendera. Sesekali tak apa jika kamu ingin menangis, namun jangan terlalu sering. Hidup harus terus berlanjut, dan ada banyak kebahagiaan yang harus direngkuh. Jangan mengenangku dengan duka dan linangan air mata. Tak peduli seberapa banyak air mata yang kamu tumpahkan, aku tak akan bisa menghapus tetesmu lagi seperti hari-hari kemarin saat aku masih ada. 

Kalau aku tak lagi ada di hari besok, perjalananmu tetap harus kamu tapaki meski mungkin lebih berat dari hari-hari sebelumnya. Jangan membawa penyesalan-penyesalan di dalam perjalanan. Tak ada yang perlu disesalkan. Kepergianku adalah rencana Tuhan. Tak peduli bagaimanapun kerasnya kita berusaha untuk menunda kepergianku, saat Tuhan memanggilku untuk kembali, aku harus kembali. Kita sudah bekerja teramat keras agar tetap bisa menyesap hari bersama-sama, namun jika perpisahan sudah berada di ambang perjumpaan, tak ada lagi yang bisa dilakukan selain merelakan. Selain mengikhlaskan kepergian. Jangan mengenangku lagi dengan gugu yang kamu jamu di lembar-lembar malam. Jangan bersedih lagi. Di tempat yang baru, aku hanya ingin melihatmu tegar melewati hari. Percayalah, ada banyak bahagia yang akan menyapamu meski tanpa aku. Bila telah tiba saatnya dan bila Tuhan mengizinkan, kita akan kembali saling menatap muka di tempat terbaik_Nya.

***

Gambar: pixabay.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senandika #2 Sembunyi Tetes