PoV: Puan Bagaimana bisa napas yang kuhela sekarang menjadi sangat menyesakkan. Pemandangan kota yang biasanya menjadi tempat menjamu rindu, kini menjadi amat mengganggu. Aku masih ingat ketika untuk pertama kalinya kamu menaruhkan telapak tanganmu yang hangat di punggung tanganku yang tiba-tiba saja dingin membeku. Aku masih ingat ketika matamu yang menatap mataku menjelma cahaya matahari di pagi hari. Hangat. Aku masih ingat bagaimana susah payahnya mengatur degup jantungku yang seolah-olah akan meledak. Aku masih ingat bagaimana kita berdua meniti hari dengan banyak kisah bahagia. Aku juga masih ingat betapa beraninya aku memberikan genggamanku kepadamu, sesuatu yang belum pernah aku percayakan kepada siapapun. Karena kamu berbeda waktu itu. Aku masih ingat, dahulu, saat kamu masih di sini, aku seperti mendapat seseorang yang paling mengerti bagaimana diriku. Kamu amat berbeda waktu itu, entah bagaimana kehadiranmu sempat mengundang banyak canda dan tawa. Hari-hariku begitu...
PoV Puan Kamu adalah kenangan yang ingin kubunuh secara paksa dari ingatan, namun hati selalu tak ingin melakukannya. Sampai sekarang, aku belum terbiasa melewati hari tanpa mendengar suaramu, tanpa melihat wajahmu, tanpa merasakan genggamanmu. Namun, semua itu tidak tak akan pernah terjadi lagi, bukan? Aku membiarkan hatiku yang telah berdarah untuk selalu mengingatmu, di saat yang sama aku menjahitnya kembali dengan hal-hal baru meski tahu benang yang kurajut kembali terburai setiap kali kenangan bersamamu diam-diam menyusup ke dalam ruang hati. Hidup yang kujalani tak lagi indah, karena dari titik manapun aku memandang, semua yang kulihat adalah kamu. Tidak mudah untuk membiasakan hidup tanpa kamu, namun lambat laun aku pasti akan terbiasa. Aku berusaha melupakanmu dengan berbagai cara. Lembaran-lembaran hari yang kusam kutulis dengan hal-hal baru. Barangkali rasa sakit bisa sedikit dilupa dengan melarutkan diri dalam berbagai kesibukan. Namun, kenangan bersam...
Komentar
Posting Komentar